Pages

PTC

clix2idr

Rabu, 19 Januari 2011

Belgia: Negeri Tintin yang 'Terbelah' Tiga


 
     Apakah anda pecinta komik? Kalo iya tentunya Anda sudah tidak asing lagi ketika mendengar nama Tintin. Yah,, serial komik Tintin menceritakan tentang kisah petualangan Tintin yang berprofesi sebagai wartawan muda  yang selalu ditemani anjingnya, Snowy, dan Kapten Haddock. Karakter ini ‘lahir’ dari tangan seorang Georges Prosper Remi alias Herge, pada Januari 1929 di negeri cantik Belgia. Selain museum Tintin di Louvain La Neuve, hampir di setiap kota besar Belgia terdapat toko yang menjual merchandise Tintin, seperti di Brussels, Antwerpen, dan Ghent. Tak heran, sebab Tintin telah menjadi ikon dan ‘duta besar’ belgia.
     Namun, tidak hanya Tintin yang populer di Belgia, di negeri yang luasnya lebih kecil dari Jawa Barat ini juga terkenal dengan waffle, cokelat dan kentang. Dan ternyata, konon katanya kentang yang sering  kita sebut dengan French Fries itu ditemukan di Belgia loh, bukan di Perancis. Meskipun kecil, Belgia bisa dibilang terbelah tiga. Yaitu, wilayah Flanders yang berbahasa Belanda (biasanya disebut bahasa Flemish), Walloonia yang berbahasa Perancis, dan wilayah yang berbahasa Jerman di sisi timur. Keterbelahan ini juga terjadi di bidang social dan politik. Belgia adalah Negara monarki berbentuk federal yang pembagian daerahnya ditentukan antara lain oleh penggunaan bahasa.
     Maka, ada pemerintah federal yang berlokasi di ibu kota Brussels, daerah otonom Flanders dan daerah otonom Walloonia. Sedangkan penduduk yang berbahasa Jerman bergabung dengan Walloonia. ‘Perseteruan’ Negara berpenduduk 10,8 juta jiwa itu akhirnya mengerucut antara Flanders dan Walloonia. Sebenarnya kondisi itu tidak terlalu mengherankan karena memang posisi Belgia yang strategis, di tengah pusat-pusat budaya Eropa. Di barat dan selatan, Belgia berbatasan dengan Perancis. Di sisi timur, dengan Belanda dan Jerman. Di utara dengan Inggris Raya, meski terhalang Selat Channel. Sementara di tenggara, Belgia berdampingan dengan Luxemburg

Cantik Menawan Berpadu Klasik
     Patut diakui negeri ini cantik dan klasik. Keindahan alam, warisan budaya abad pertengahan yang terpelihara, dan penduduk yang welcome dengan penduduk asing, menjadikan Belgia menjadi begitu berbeda. Kota-kota besarnya rata-rata dipadati peninggalan budaya. Misalnya, puri (castle) gereja, benteng, gedung pemerintahan, parlemen, universitas, atau istana. Sejauh mata memandang, sisi klasik ini yang selalu mendominasi kota-kota utamanya
     Seperti salah satu landmark Brussel, Menneken Piss. Patung anak kecil yang memancurkan air dari alat kelaminnya ini dibuat pada 1619 oleh Jerome Duquesnoy. Bila Anda berkunjung ke Belgia, rasanya kurang lengkap bila tidak singgah ke persimpangan Rue de I’Étuve/ Stoofstraat den Rue du Chéne/ Eikstraat untuk melihat patung bocah pipis ini.
    Antwerpen, kota terbesar kedua di Belgia, juga sarat dengan peninggalan abad pertengahan. Utamanya gereja katedral dan gedung parlemen kota. Ada pula puri indah mirip benteng yang berdiri persis di tepi sungai besar Scheldt yang membelah kota Antwerpen. Sungai itulah yang membuat Antwerpen dikenal sebagai pelabuhan terbesar kedua di Eropa setelah Rotterdam (Belanda), walaupun posisinya jauh dari laut.
Kota Ghent memiliki keunikan lain. Sebuah kanal yang membelah kota membelah kota menambah kecantikan daerah yang berlokasi di wilayah Flanders ini. Pemandangan gedung-gedung tua di kiri kanan kanal dan plaza yang luas di pusat kota, menjadikan Ghent salah satu tujuan wisata utama. Para turis dimanja dengan kereta kuda, dentingan bel gereja, bunga warna-warni di setiap sudut kota, dan restoran multirasa yang tersebar di sudut kota.
   
  

Nyaman dan Ramah Lingkungan
     Rata-rata kota besar di Belgia terbilang sedikit penduduknya. Brussels saja hanya dihuni oleh satu jutaan jiwa. Karena tidak terlalu hiruk pikuk inilah yang membuat Belgia nyaman dihuni, tidak terkecuali bagi imigran dari berbagi kultur dan etnis. Satu keunggulan Belgia yang patut ditiru Indonesia adalah kemudahan transportasi publiknya. Ke mana pun kaki melangkah selalu ada bus, kereta api, subway hingga tram yang menjangkau hampir semua sudut kota dengan tarif yang relatif terjangkau.
     Selain itu, negeri ini juga mengusung gaya hidup sehat dan ramah lingkungan. Di berbagai wilayah mudah dijumpai orang bersepeda dari semua kalangan. Jadi tidak terlalu aneh apabila melihat mahasiswa, Bahkan professor, menyandang ransel yang digantungi helm sepeda, sementara pakaiannya kemeja lengan panjang, mengenakan dasi dan jas. Pemerintah pun merancang kota dan desa sehingga ramah terhadap pengguna sepeda. Antara lain dengan menyediakan  jalur khusus dan parker sepeda.
     Tingginya perhatian terhadap kesehatan diri dan lingkungan juga terlihat dari penerapan Car Free Day di beberapa kota. Hebatnya kebijakan tanpa mobil dan motor selama satu hari ini berlaku di seluruh ruas jalan kota. Semua kendaraan bermotor tidak diperbolehkan melintas, kecuali kereta api dan tram, kendaraan pribadi dalam kondisi emergency atau mereka yang mendapat ijin dari otoritas kota.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kawan-kawan, bagaimana kalau menurut kalian?